30 Nov 2014

Alkitab Mengandung Noda

Dikatakan kitab suci kalau terbebas dari kesalahan. Bagi orang-orang di luar Kristen, Alkitab adalah kitab Tuhan yang mengandung banyak kesalahan dan noda. Sehingga kesuciannya tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang kisah penyaliban, di salah satu ayat menyebutkan kedatangan Yesus memang untuk disalib, tetapi di ayat lain Yesus menolak untuk disalib atau Yesus tidak siap disalib. Injil pasal 26 ayat 1 dan 2, menyebutkan kedatangan Yesus untuk disalib, “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula Ia kepada murid-muridnya: Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak Manusia akan diserahkan, supaya ia disalibkan.” Tetapi di Injil Matius pasal 27 ayat 46 menyebutkan Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan waktu akan disalib. “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan suara nyaring, katanya: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, artinya: Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku. Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib? Maka kedua ayat ini berselisih, atau terdapat kesalahan. Dengan sendirinya dengan adanya kesalahan dan noda itu menjadikan Alkitab tidak layak disebut Kitab Suci lagi. Saya sudah sering mendapatkan jawaban penganut Kristen yang menolak keterangan ini, mereka tetap saja percaya Alkitab bersih dari noda. Alkitab tak terbantahkan! Kebiasaan Kristen bermain kata-kata ....

Menghapus Islam

Islam mengajarkan pemeluknya hidup bersih. Maka itu muslim tidak makan daging babi, karena babi kotor. Muslim tidak minum khamr, tidak berjudi, dan tidak melakukan zina. Juga mengundi nasib dengan anak panah dilarang. Tetapi setan tidak menyukai muslim berbuat demikian dan berharap muslim melanggar perintah Allah. Selain setan adalah Yahudi dan Kristen. Bila setan menyukai muslim berbuat maksiat, maka Yahudi dan Kristen tidak akan suka sebelum muslim meninggalkan agamanya. Kata Allah, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. " (2: 120) Orang-orang Yahudi dan Kristen selalu memusuhi muslim, menyebarkan fitnah, dan membantainya. Mereka tidak lelah dan lengah untuk menghapus Islam di penjuru dunia mana pun, di Palestina, di Rusia, di Spanyol, di Angola, di Thailand, bahkan di Indonesia kalau tidak dengan cara melakukan pendangkalan terhadap ajaran-ajaran Islam, karena sebenarnya mereka yakin tidak akan mampu menghapus Islam dari bumi Indonesia. 

Al-‘Alim

Maknanya maha mengetahui. Allah mempunyai nama العليم yang artinya hanya Dia-lah Yang Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi, serta bagaimana dan akan seperti apa kejadiannya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang tampak maupun yang tidak, yang kecil maupun yang besar. Ilmu Allah terhadap sesuatu yang belum ada adalah rahasia Allah atas makhluk-Nya, yang tidak diketahui oleh para malaikat yang terdekat sekali pun, juga tidak diketahui para rasul yang diutus. Inilah ilmu tentang takdir, kunci tentang apa yang akan terjadi sampai datangnya hari pembalasan. Segala sesuatu yang gaib telah Allah tetapkan semenjak dahulu. Kuncinya hanya ada di sisi-Nya saja, dan tidak akan pernah hilang. (Al-Qur’an Cordoba, h 40)

Sesama Muslim Bersaudara

Sebagai muslim Anda tidak dibebani aturan harus salat di masjid mana bila kebetulan sedang bepergian ke luar kota. Ini sangat memudahkan dan terasa enak, karena muslim akan berpikir salat di masjid mana pun tidak dilarang. Tetapi sebagai pemeluk Kristen tidak dibenarkan salat (baca: ibadah Minggu) di gereja milik komunitas lain. Misalnya bila Anda orang Jawa tidak boleh seenaknya masuk di gereja milik orang China, gereja Anda bernama GKJ (Gereja Kristen Jawa), meskipun sejauh ini tidak ada yang namanya GKC (Gereja Kristen China). Orang-orang Islam bila bertemu sesama muslim akan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum!” sebagai ucapan doa menggantikan “Ya Ampun” yang dipakai pemeluk Kristen, membalasnya dengan ucapan “Wa ‘alaikum salam!” juga maksudnya mendoakan “Semoga keselamatan diberikan Allah untukmu.” Tetapi orang Kristen ada juga yang menggunakan salam “Syalom Aleicem!” , dari susunan bahasa mirip salam orang Islam, mungkin artinya sama dengan salam orang Islam. Tempat ibadah yang tidak sama, salam yang tidak sama, menjadikan orang Kristen tidak pernah merasa bersaudara dengan pemeluk Kristen yang lain. Pernyataan “sesama Kristen bersaudara” adalah tidak lazim, yang benar adalah “sesama muslim bersaudara!”

Tuhan Bersunat

Tuhan orang Kristen (Yesus) bersunat. Disebutkan dalam Alkitab, “Apabila genap delapan hari, ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus ...” (Lukas 2:21) Untuk apa Tuhan bersunat? Perlu apa Yesus bersunat? Tetapi lucunya orang Kristen tidak menyukai sunat. Dan sebaliknya menyukai sunat dalam hati (aneh). , “ ....dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.” (Roma 2: 28) Ada yang bisa menjelaskan? , “ ...dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah....Orang yang bersunat secara rohani akan mendapatkan pujian dari Allah.” (Roma 2:29) Tetapi Yesus yang bersunat pada usia delapan hari, apakah ia telah mendapat kutukan (bukan pujian) dari Allah? Jika dikupas lebih mendalam maka ayat di Lukas dan Roma adalah bertentangan secara mencolok. Di satu ayat mewajibkan bersunat (Lukas), tetapi di ayat lain (Roma) malah mengharamkan sunat. Bagaimana Tuhan telah berfirman tidak konsisten. Ayat Lukas dan Roma sekaligus akan mengaburkan penjelasan bahwa Yesus sebenarnya bukan Allah itu sendiri. Bagaimana bisa dengan dalil yang dibuat-buat orang Kristen mengatakan Yesus itu adalah Allah, atau sebuah pernyataan lain yang memberatkan Yesus itu 100% manusia dan 100% Tuhan. Wah...wah...benar-benar ajaran syaiton. Tetapi orang Kristen jangan dibebani memikirkan soal sunat (antara wajib atau diharamkan), ayat Roma 2: 29 dimungkinkan pada waktu mendatang akan diubah (oleh pendeta Kristen sendiri), dengan menghilangkan kata-kata ‘sunat secara rohani’ menggantinya dengan kata-kata ‘sunat secara lahiriah’ berhubung orang-orang Kristen sudah pada menyukai sunat, ayatnya akan berbunyi demikian, “...dan sunat ialah sunat bukan di dalam hati, secara lahiriah, bukan secara rohani....Orang yang bersunat secara lahiriah akan mendapatkan pujian dari Allah.” (Roma 2:29)

Tentang Penyaliban

Penyelamatan datang hanya melalui darah Tuhan Yesus”, kata misionaris Kristen. Maka tanpa penyaliban tidak ada agama Kristen. Mereka (orang-orang Kristen) itu menolak ajaran Al-Qur’an dan membuang segala sesuatu yang berbau Islam. Dalam bahasa Thomas Carlyle, dramawan Inggris, “Mereka telah dilatih untuk membenci Muhammad dan segala ajarannya.” Apa yang bisa kita katakan terhadap pengakuan Kristen ini? Tidak ada yang lebih baik daripada firman Allah untuk menjawab kesombongan kaum Yahudi, “Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’(4): 157)

Tumpukan Kontradiksi ada di Alkitab

Bagaimana Anda sebagai penganut Kristen akan diam saja di Alkitab banyak memuat ayat yang tidak sesuai logika. Singkatnya adalah Alkitab bukan firman Allah. Ayat-ayat yang menyebutkan Yesus bukan Tuhan ada di Matius pasal 1 ayat 16, Markus pasal 13 ayat 32, Ulangan pasal 4 ayat 33, Ulangan pasal 6 ayat 4, Markus pasal 12 ayat 29, meskipun pendeta telah membelokkan maknanya ketika menafsirkannya. Tidak apa itu hak pendeta. Tetapi sekarang saya akan membawa Anda sebagai pemeluk Kristen sejati untuk melakukan telaah kritis terhadap Alkitab. Baca di Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2, “Maka Yesus pun, penuhlah dengan Roh Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai oleh Iblis. Selama itu suatu apa pun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu Ia merasa lapar.” Di ayat ini menyebutkan Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai Iblis? Juga menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar? Jika begitu sifat-sifat Yesus itu sama dengan manusia: bisa dicobai Iblis dan merasa lapar. Teruskan baca di Matius pasal 4 ayat 5,”Kemudian dari pada itu Iblis pun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.” Pantaskan Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dapat membawanya kemana-mana. Baca di Lukas pasal 2 ayat 21, “Apabila genap delapan hari, ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus ....” Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat? Maka kata Yesus kepada pemeluk Kristen (supaya dipahami), Yesus tidak mengakui umat Kristen sebagai pengikutnya, baca di Matius pasal 7 ayat 21, “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru Aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan surga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di surga.” Melakukan kehendak Bapa berarti hanya mengakui Tuhan itu Allah, selain Dia tiada lagi, dan mengakui Yesus sebagai utusan-Nya. Seorang utusan berarti Nabi. Bersiap-siaplah bagi pemeluk Kristen, Anda bukan pengikut Yesus. Lantas Anda telah mengikuti kemauan siapa? Saya tidak mau mengatakan Anda sebagai pengikut setan, karena setan dalam Alkitab disebutkan tidak bisa menyanyi, sedangkan Anda sangat gemar menyanyi dalam beribadatnya.

Tentang Keturunan Ibrahim

Entah mengapa orang Kristen tidak begitu suka bila nama Isma’il disebut, dan menjadi senang dan bangga bila nama Ishaq disebut. Maka ketika ayat Al-Qur’an ini diperdengarkan mereka langsung menyatakan ketidaksenangannya, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (2: 133)  Dalam benak mereka Isma’il bukanlah leluhur mereka. Karena agama mereka bukanlah agama yang dipeluk Isma’il. Tetapi akan menjadi jelas bahwa baik Ibrahim dan keturunannya (Isma’il, Ishaq. Ya’qub dan anak cucunya) adalah para utusan Allah dalam agama yang sama. Umat Kristen semakin tersisih bila sekali lagi dibacakan ayat Al-Qur’an, “Ataukah kamu (wahai orang-orang Yahudi da Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi dan Nasrani?” (2:140) Jadi ayat ini menjadi penjelas bahwa sebenarnya baik Yahudi maupun Nasrani bukanlah umat keturunan Ibrahim dan anak cucunya. Lantas bagaimana dengan keyakinan mereka bahwa Yahudi dan Nasrani adalah keturunan dari majikan yang sama, karena diturunkan dari Nabi Ishaq yang mempunyai darah majikan karena dilahirkan dari rahim Sarah.

Mengajarkan Agama Dengan Pedang

Kristen agama kasih sayang? Bukan! Kristen agama damai? Pasti tidak! Anda pasti terkejut setelah mengetahui bahwa Kristen disebarkan dengan pedang. Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang.” (Matius 10:34) Demikian salah satu ayat Injil yang menjelaskan tentang misi sebenarnya Kristen. Tetapi ayat tentang pedang itu tidak pernah diungkapkan pendeta. Sebaliknya pendeta suka menuduh Islam diajarkan dengan pedang. Pasti Anda tidak akan menemukan ayat dalam Al-Qur'an tentang pedang, karena Islam agama damai. "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (2:256)

Menghafal Al-Qur'an

Salah satu bentuk pemurnian kitab suci adalah dengan cara menghafal. Allah memerintahkan setiap muslim yang mampu untuk mengahafal Al-Qur’an supaya kitab suci tersebut tetap terjaga kemurniannya dari masa ke masa. Dulu para penghafal kitab suci (hafiz) banyak yang syahid di perang Badr_perang yang menentukan kredibilitas umat muslim_sehingga Rasulullah kemudian menyuruh para sahabat mengumpulkan ayat-ayat kitab suci yang diantaranya ada di lembaran-lembaran kulit binatang, mengumpulkannya hingga kelak di masa khalifah Utsman telah tertulis dalam satu mushaf. Sekarang setelah hampir 1500 tahun Al-Qur’an tetap terjaga kemurniannya, menjadi satu-satunya kitab suci yang berasal dari Allah yang tidak tercampur dengan ucapan manusia, dengan cara dihafal huruf per huruf. Menghafalnya pun tidak terlalu sulit setelah dikuasainya beberapa ilmu yang mampu menopang seseorang belajar menghafal kitab suci tersebut, yaitu ilmu tajwid, nahwu, shorof, juga jika dimungkinkan ilmu mantiq. Maka Al-Qur’an menjadi satu-satunya kitab suci yang dihafal. Tidak ada kitab suci lain oleh agama lain yang mampu dihafal penganutnya. Hal ini menjadi tanda bahwa Al-Qur’an menjadi satu-satunya kitab suci yang benar-benar merupakan wahyu Allah. Mengapa tidak dikatakan, misalnya, mengapa Alkitab tidak mampu dihafal oleh orang Kristen? Anda akan semakin yakin Alkitab bukan firman Allah, hanya tulisan tangan manusia. Tidak ada bukti sedikit pun bahwa Alkitab berasal dari Allah. Harus dipahami Injil yang pernah dibawa Isa putra Maryam bukanlah Perjanjian Baru yang sekarang. Dan penting untuk diketahui Taurat atau Zabur yang pernah diberikan kepada Musa dan Daud bukanlah Perjanjian Lama atau Mazmur yangb sekarang. Sebagai bukti untuk itu, orang Yahudi tidak mengakui PL maupun PB sebagai kitab suci, mereka hanya membaca Kitab Talmud yang diyakini sebagai kitab yang pernah diturunkan kepada Musa. Apakah sebenarnya yang terjadi dengan umat Yahudi? Pertama, mereka tidak mengakui Isa sebagai Nabi mereka. Lalu alasan lain, dengan membuat cerita palsu penyaliban Yesus, mereka mau mempertahankan komunitas Yahudi dari ancaman kekaisaran Romawi atau hegemoni bangsa Yunani, sehingga usaha mereka akhirnya berhasil, sementara umat Kristen menjadi umat yang tertipu dan telah meyakini sebuah kitab suci yang telah diacak-acak bangsa Yahudi. Anda orang Krsiten berhak marah kepada Paulus pendiri agama Kristen sebenarnya. Mengapa Paulus? Karena Paulus bukanlah seorang Rasul yang membawa ajaran Nabi Isa. Masih belum percaya? Ketika Yesus mati dikafani, sementara Anda mati nanti harus pakai dasi dan sepatu. Ajaran siapakah ini? Tentu ajaran Paulus. Yesus ke tempat ibadah di hari Sabbath, Anda sekarang mengikuti Paulus pergi ke gereja di hari Minggu. Ajaran siapakah ini? Paulus juga. Di akhirat kelak orang-orang Kristen pergi ke neraka mengikuti Paulus. Dan Yesus bersama-sama orang Islam ke surga. Masih belum percaya? Dengan cara menghafal kitab suci. Sebutkan satu saja orang Kristen yang dalam sejarah pernah hafal Alkitab. Bila benar Alkitab firman Tuhan, ia akan mampu dihafal pemeluknya. Tetapi ternyata tak seorang pun mampu menghafal Alkitab sekali pun seorang pendeta itu telah menyelesaikan magister teologi. Seorang pemeluk yang sinis mengatakan, Alkitab tak lebih sebuah buku dongengan menceritakan kisah Yesus dari mulai dicobai Iblis, disalib, dan dikutuk pengikutnya sendiri, hingga kisah perzinahan Yehuda dan Tamar menantunya yang akhirnya menurunkan bangsa Yahudi. Apakah ada sebuah kitab suci bercerita hal-hal porno dan itu dikatakan firman Tuhan? Tentu tidak ada. Alkitab menjadi kitab yang tidak pantas untuk dibaca. Bila tidak yakin, cobalah malam-malam membacanya dengan keras-keras, baca bagian Yehuda berzina dengan Tamar, pasti teman Anda akan mengatakan Anda sedang berlatih bermain drama.  

Orang Munafik

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara tersebut ada pada dirinya maka dia menjadi orang munafik sejati, dan apabila salah satu sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia meninggalkannya: jika berbicara selalu bohong, jika diberi amanat berkhianat, jika berjanji selalu ingkar, dan jika berselisih licik.” (HR Bukhari dan Muslim)

Manusia Dibagi Dua Golongan

Muslim dan kafir. Di luar muslim adalah kafir. Muslim ditandai dengan menjalankan syariat-syariat Islam dengan konsekuensinya bila melanggar dihukumi dosa. Perbuatan dosa akan menerima sejumlah siksa, baik akan diterima di dunia maupun di akhirat. Sedangkan kafir ditandai dengan tidak terbukanya hati untuk menerima syariat Islam disebabkan karena kejahilan dan tidak memperoleh hidayah Allah. Seluruh perbuatannya, meskipun sebagian untuk kebaikan umat manusia, tidak akan mampu menolongnya di akhirat kelak ketika harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Bagaimana dengan segolongan manusia yang sama sekali tidak mendapatkan informasi tentang Islam disebabkan karena letak geografisnya tidak terjangkau oleh Islam? Allah yang Mahabijaksana tidak membiarkan umat-Nya teraniaya. 

29 Nov 2014

Surat Rasulullah

Rasulullah menulis surat kepada beberapa raja menyeru mereka kepada Islam terjadi pada akhir tahun 6 Hijriyyah. (Syaikh Syafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, h 405) Diberitahukan kepada beliau, bahwa raja-raja tersebut mau menerimanya bila surat itu disertai cincin stempel. Maka Rasulullah kemudian membuatnya dari perak dengan cetakan yang berbunyi: Muhammad Rasul Allah, yang tersusun tiga baris, dengan meletakkan nama Muhammad pada baris paling bawah, diikuti Rasul pada baris di atasnya dan Allah pada baris paling atas. Salah satu surat itu ditujukan kepada Najasyi, Raja Habasyah. Najasyi itu namanya Ashhamah bin Al-Aijar. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Ishaq teks surat yang ditulis Rasulullah kepada Najasyi sebagai berikut:
“Dari Muhammad Sang Nabi, kepada Najasyi, Al-Ashham pemimpin Habasyah. Kesejahteraan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang tidak mempunyai rekan pendamping dan anak, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, bahwa aku adalah Rasul-Nya. Maka masuklah Islam niscaya tuan akan selamat.
قل يأهل الكتب تعلواإلى كلمة سواء بينناوبينكم الانعبد إلاالله ولانشرك به, شيئاولايتخذبعضنابعضااربابامن دون الله ج فإن تولوأ فقولوأاشهدوأبأنامسلمون (64) (آل عمران:64)
Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran (3): 64)
Jika tuan menolak, maka tuan akan menanggung dosa orang-orang Nashrani dari kaum tuan.”
Setelah Amr bin Umayyah Adh-Dhamri menyampaikan surat Nabi kepada Raja Najasyi, maka dia langsung memungut surat itu dan meletakkannya di depan matanya. Raja turun dari kasurnya ke lantai, lalu masuk Islam di ahadapan Ja’far bin Abu Thalib. Najasyi membalas surat Nabi sebagai berikut:
“Bismilahir-rahmanir-rahim.
Kepada Muhammad Rasul Allah, dari Najasyi Ashhamah. Kesejahteraan bagi engkau wahai Nabi Allah, dari Allah dan rahmat Allah serta barakah-Nya. Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia, amma ba’d.

Telah kuterima surat Tuan wahai Rasul Allah, yang di dalamnya tuan menyebut masalah Isa. Demi Rabb langit dan bumi, sesungguhnya Isa memang tidak lebihdari apa yang telah Tuan sebutkan itu, dan dia memang seperti yang Tuan katakana, dan kami juga sudah tahu isi surat yang Tuan kirimkan kepada kami. Kami telah menampung sepupumu dan rekan-rekannya. Maka aku bersaksi bahwa Tuan adalah Rasul Allah yang benar dan dibenarkan. Aku telah bersumpah setia kepada Tuan, bersumpah setia kepada sepupu Tuan, dan aku telah menyerahkan diri (masuk Islam) di hadapannya kepada Allah, penguasa semesta alam.” (Zadul Ma’ad, 3, h 61)

Seorang anak dilahirkan suci (fitrah)

Seorang anak dilahirkan suci (fitrah). Orang tuanyalah yangmenjadikannya Nasrani atau Yahudi ...(hadits diriwayatkan Abu Hurairah) . Peringatan ini ditujukan bukan untuk keluarga Nasrani (Kristen) atau Yahudi, tetapi bagi keluarga muslim. Sebuah peringatan sangat keras dari Tuhan. Apa di balik kandungan pesan Rasulullah yang sebenarnya tidak sederhana ini? Sebagai muslim Anda diperingatkan Allah menjaga keluarga Anda sendiri dari kesengsaraan hidup di akhirat. Tentu tidak bisa dibayangkan hidup kekal di akhirat dalam jilatan api Jahanam atau Jahim dalam keadaan kekal pula, tanpa mendapatkan petolongan dari siapa pun. Nauzubillah min zalik!

Naluri Beragama Tauhid

Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama tauhid. Apakah agama tauhid itu? Yakni naluri hanya menyembah Allah. Menyembah hanya satu Tuhan! Tidak menyekutukan-Nya dan tidak menyamakan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya. Bila ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Bila meninggalkan agama tauhid dan kemudian menganut kepercayaan lain yang menyembah manusia atau menyembah patung, bisa juga patung itu berupa batu atau kayu berbentuk salib, adalah karena mengikuti hawa nafsu. Seorang atheis yang tidak percaya adanya Tuhan, ketika dalam keadaan sulit, karena naluri juga akan menyebut nama Tuhan. Dan Allah tidak menciptakan agama yang bermacam-macam, hanya manusia yang membuat agama bermacam-macam. Sepanjang peradaban umat manusia Allah menurunkan kitab suci kepada Nabi-Nya hanyalah empat kitab suci, yang turun kemudian menyempurnakan yang turun lebih awal, demikian Al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan yang datang lebih awal yaitu Taurat, Zabur, dan Injil.  

Bagi setiap muslim …

Bagi setiap muslim menjalankan syariat Islam adalah wajib hukumnya dengan tidak ada keraguan sedikit pun bahwa Islam itu agama yang benar. Kata Allah, "Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam." (2: 132). Islam ditawarkan bagi orang beriman saja. Yang tidak beriman tidak ada paksaan. Untuk itu pernyataan Alquran, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) …." (2: 256) adalah tepat. Tetapi kemudian pernyataan Allah, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. " (3:83) tak pelak telah menimbulkan kebencian di kalangan pemeluk Yahudi dan Kristen. Ayat ini sebenarnya untuk meneguhkan iman setiap muslim untuk tidak berpaling dari Islam, tetapi telah diterima pemeluk agama lain (terutama Kristen) sebagai tamparan keras bagi mereka. Maka kemudian mereka begitu membenci Islam, memusuhi pemeluk Islam, dan kemudian anti Muhammad, utusan Allah yang telah membawa kejayaan Islam ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Islam telah menembus pedalaman Papua (suku Dani) yang dahulunya hanya berpakaian koteka. Fitnah keji dialamatkan kepada utusan Allah Muhammad Salallahu Alaihi wa Sallam, manusia paling agung dan kekasih Allah. Mereka tidak ada pengetahuan sedikit pun tentang Islam, tetapi telah membuat fitnah yang besar tentang Islam. Dengan dana yang besar pula, mereka ingin menghancurkan Islam. Lihat yang terjadi di Indonesia, Kristen Amerika membangun jaringan untuk menghapus Islam dari bumi Indonesia, dengan membiayai yayasan-yayasan milik Kristen dan menolak kurikulum milik sekolah Islam. Yang dilupakan, Amerika telah membeli tokoh-tokoh Islam untuk membenci ajaran agamanya sendiri (Islam). Karena membasmi Islam di Indonesia tidak bisa ditempuh dengan cara-cara kekerasan seperti dilakukan Rusia di negeri Bosnia-Herzegovina beberapa tahun silam, atau yang terjadi di Angola dengan meruntuhkan seluruh bangunan masjid. Tak disangsikan lagi kekuatan Islam (kekuatan aqidahnya) telah menakutkan bagi negeri kafir seperti Amerika.

Bagi orang Kristen yang tidak sombong...

Bagi orang Kristen yang tidak sombong pasti mengakui Yesus tidak berkuasa menciptakan alam semesta ini. Yesus seorang utusan Allah. Seorang utusan artinya Nabi. Yesus tidak akan mampu menciptakan alam semesta ini dan tidak mampu mengaturnya karena Yesus seperti Musa dan Muhammad seorang utusan Allah. Allah sendiri yang menciptakan alam semesta ini tanpa bantuan manusia dan jin. Allah berkehendak menciptakan, berkehendak mengatur, dan juga berkehendak merusaknya. Dalam ajaran yang benar kehendak Allah itu dinamai Sunatullah. Maka bagi orang Kristen yang tidak sombong meyakini Allah menciptakan alam semesta ini bukannya tanpa tujuan. Tujuannya adalah supaya umat manusia mengenal Allah lewat semua ciptaan-Nya. Manusia diajarkan untuk mengenal ciptaan Allah supaya kelak setelah mengetahuinya Allah itu ada, timbul hasrat memuliakannya dengan menyembahnya lewat ajaran agama yang benar. Menyembah Allah adalah suatu kebutuhan manusia bukan permintaan berasal dari Allah. Allah tidak akan rugi bila manusia tidak menyembahnya atau bahkan menyekutukannya. Yang merugi adalah manusia karena tidak menyembah Allah. Dan lebih rugi lagi bila manusia mengingkarinya dan memusuhinya. Bagi orang Kristen yang tidak sombong menganggap Allah telah menipu manusia adalah sebuah kejahatan tidak terampuni. Maka bagi orang Kristen yang tidak sombong, menganggap Allah punya sekutu, Allah punya Anak adalah kepercayaan yang tidak bisa dibenarkan dari hukum mana pun.

Bagaimana mungkin ....

Bagaimana mungkin agama yang mengajarkan pemeluknya menyembah Allah, mengesakan-Nya, bersedekah kepada yang miskin, menghormati orang tua, memakan yang halal, tidak sombong dan tidak riya', agama ini memberi tahu kehidupan akhirat, pemeluknya supaya menjaga kebersihan, mengingat Allah sehari semalam 5 kali, dalam salat, berpuasa wajib dan sunat, mengatur hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas), mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minallah),  agama para Nabi sejak Adam, Ibrahim, Musa, Isa hingga Muhammad, agama ini dikatakan sesat? Tentu bukan suatu kebetulan, Allah akan memberikan Muhammad sebuah kitab suci yang ajarannya sama yang pernah diterima Musa, yaitu supaya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, dan sama yang diterima Isa putra Maryam, “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tidak ada yang lain lagi.” (Kitab Ulangan pasal 4 ayat 35) Bagaimana mungkin Anda tidak percaya Tuhan itu hanya Allah? Di Injil dan Al-Qur’an para Nabi itu mengajarkan umatnya supaya hanya menyembah Allah. Bagaimana mungkin Anda menyesatkan diri sendiri tidak menyembah Allah ....

28 Nov 2014

Islam Agama Damai

Islam itu agama damai. Maka penyebarannya pun dilakukan dengan damai, tidak dengan pedang, tanpa bedil dan meriam. Di tanah Jawa agama Islam penyebarannya dilakukan oleh para wali (terkenal dengan Walisongo) yang waktu itu penduduk masih memeluk Hindu. Pemeluk Kristen suka sinis Islam disebarkan dengan pedang. Maka tanyakan kepada pelaku sejarah, apakah para sunan itu berdakwah dengan menghunus pedang atau memanggul bedil. Sunan Kudus tidak dengan cepat menghapus bangunan bercorak Hindu, masjid Al-Aqsa atau lebih terkenal dengan nama masjid Menara Kudus, dibiarkan mimbar  dan gapura terutama bangunan menaranya bercirikan bangunan Hindu (candi). Lain Sunan Kudus, Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Sahid masih keturunan bangsawan berdakwah memperkenalkan Islam dengan media seni. Kitab Mahabharat dari India diusungnya ke Tanah Jawa dan dijadikannya lakon wayang, sambil mempertontonkan wayang Sunan mengantarkan ajaran Islam. Penduduk yang masih Hindu lambat laun bisa menerima Islam dengan damai. Bangsa Indonesia (terutama suku Jawa, Sunda dan Bali) dan sebagian rakyat Malaysia dan Thailand mendapatkan inspirasi dan bangga punya kesenian wayang adalah jasa Sunan Kalijaga dan jasa Sunan yang lain yang telah menciptakan tembang-tembang Jawa berupa “tembang macapat” dan “tembang tengahan” maupun “tembang gedhe” dalam pewayangan. Tetapi meskipun begitu budaya Hindu dalam Islam di Tanah Jawa tidak bisa dengan mudah dihapus. Ini yang menimbulkan bid’ah. Artinya ajaran yang bukan berasal dari Rasulullah mempunyai kecenderungan menjadikan seseorang kufur. Mengadakan selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, mendhak pisan, mendhak pindho, nyewu, setelah meninggalnya seorang muslim adalah mengadopsi dari ajaran Hindu. Keranda yang dihiasi bunga-bungaan dan mayat dipayungi ketika diantar ke kubur adalah tradisi Hindu. Maka muslim yang baik adalah yang mau belajar (ngaji) dan mulai berbenah untuk kembali kepada syari’at yang benar yang dicontohkan Rasulullah. Tidak boleh berhenti bagi para pendakwah untuk menunjuki umatnya supaya kembali kepada jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah. Jalan yang diridhoi Allah itu tentu saja bila seorang muslim mengamalkan ajaran agamanya dengan benar sesuai kaidah Islam dan bukan malah menjadi murtad, misalnya beralih memeluk Kristen, sebuah agama yang benar-benar sesat karena menyembah manusia (menyembah Nabi Isa putra Maryam). Sedangkan orang-orang Kristen hari ini banyak yang menjadi mualaf (beralih memeluk Islam) karena mengetahui kebenaran ajaran Islam, seperti yang dilakukan Maria Pabianus dan Kelvin Andrean, mengikuti jejak Pendeta Mokoginta dan Romo Pendeta Benjamin Kaldean.

Ciri2 wanita yg harus dihindari...


1. Al-Anaanah: Banyak keluh kesah.
2. Al-Manaanah: Suka mengungkit.
3. Al-Hunaanah: Menginginkan lelaki yg lain selain suaminya.
4. Al-Hudaaqah: Suka memaksa.
5. Al-Hulaaqah: Sibuk bersolek
6. As-Salaaqah: Banyak berbicara, menggosip


27 Nov 2014

Najisnya Anjing

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Jika ada seekor anjing menjilati bejana salah seorang di antara kalian, maka cara menyucikannya adalah mencuci bejana itu dengan air sebanyak tujuh kali, pertama kali dengan menggunakan tanah.” (HR Muslim, Kitab At-Taharah, bab Hukm Wulugh Al-Kalb, n 279) Penggunaan tanah pada proses pencucian najis yang disebabkan oleh anjing merupakan sebuah keniscayaan. Apakah tanah ini bisa diganti dengan yang selainnya? Ini adalah sebuah permasalahan yang diperselisihkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa selain tanah itu tidak dapat menggantikan kedudukan tanah, merujuk kepada sabda Nabi, “Bagian pertama dengan menggunakan tanah.” Beliau menyebutkan tanah secara khusus. Juga karena kedudukan tanah sebagai bagian dari dua alat yang menyucikan, di mana alat yang kedua adalah air. Jika tanah itu merupakan bagian dari dua alat suci dan telah ditentukan oleh Rasulullah, maka ini sudah menjadi sesuatu yang baku. (Kitab Thaharah, h 83)

Alkitab Bukanlah Firman Allah

Anda berhak marah setelah mengetahuinya. Pernahkah Anda mempunyai kemampuan menghafal satu pasal saja atau beberapa ayat di Alkitab yang dengan ayat itu Anda ingin mengajarkan sesuatu kepada audiensi Anda. Pasti tidak. Kitab Matius dan Lukas yang berbicara silsilah Yesus, apakah Anda menganggapnya kedua-duanya benar semua? Pasti tidak. Jika benar Alkitab firman Tuhan sudah barang tentu tidak mencatat hal-hal yang salah. Kisah perzinahan Yehuda dann Tamar menantunya dan kisah-kisah perzinahan lain di Alkitab, apakah Anda masih menganggap kisah itu berasal dari Tuhan? Jika Anda menjawab ya, Anda sudah pasti orang bodoh. Ayat kembar di Tawarikh dan Kisah Para Rasul menunjukkan Alkitab hanya tulisan tangan manusia. Jangan Anda menyalahkan orang lain jika ternyata Alkitab palsu dengan cara yang sama mengatakan kitab orang lain palsu, tanpa Anda bisa menunjukkan bukti-bukti kepalsuannya. Sama saja Anda mengatakan Tuhan Yesus lebih hebat dari Tuhan Allah, tetapi Anda tidak bisa menunjukkan kehebatan Yesus dari hal apa. Apakah Anda berpikir yang menciptakan alam semesta ini adalah Yesus? Jika Anda berpendapat dan berpikir seperti itu, sudah pasti Anda adalah seorang yang bodoh.  

Setiap Orang Akan Dibalas Menurut Amalnya Masing-Masing

Banyak ajaran Gereja tidak bisa dipercaya, salah satunya  adalah Dosa Waris. Ajaran dosa waris adalah bohong. Pendeta yang mengajarkannya adalah pembohong. Dan penganut Kristen yang menerima ajaran dosa waris telah dibohongi. Orang tua Kristen membawa anaknya yang berumur tiga bulan ke Gereja untuk dibaptis, karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut dosa waris. Jadi sejak bayi sudah membawa dosa. Dimana kebohongannya? Jika sekiranya bayi yang belum dibaptis mati, tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya sudah membawa dosanya Adam dan Hawa. Tetapi penjelasan Alkitab tidak demikian, baca di Matius 19: 14, "Tetapi kata Yesus: Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga." Jadi jika bayi mati akan masuk surga. Dosa waris terbantahkan! Surat Kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum pasal 2 ayat 5 dan 6 malah menjelaskan dosa seseorang akan dibalas sesuai perbuatannya masing-masing: "Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan ke atas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil. Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing." Apakah di ayat ini menerangkan dosa waris? Tidak! Bahkan sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing. Teruskan membaca di Surat Kiriman yang kedua kepada orang Kristen pasal 5 ayat 10: "Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata di hadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat." Ayat Alkitab ini menjelaskan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing, baik atau buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Dosa waris menyalahi hukum keadilan. Maka ajaran dosa waris adalah bohong. 

26 Nov 2014

Yesus Beribadah

Yesus beribadah. Yesus bermunajat kepada Tuhan. Yesus kelaparan. Yesus dicobai Iblis. Yesus bersunat ketika umurnya delapan hari. Yesus ditolak kaumnya hingga akhirnya menemukan kematiannya di tiang salib. Yesus disalib, yang disalib itu tubuh “manusia”nya atau tubuh “ketuhanan”nya?  Jika yang disalib itu tubuh manusianya, dimanakah tubuh ketuhanannya waktu itu? Jika Yesus adalah Tuhan, tidak perlu dia beribadah. Apakah dia menyembah dirinya sendiri?

Nasihat dan Kisah Yesus

Nasihat dan Kisah Yesus (Isa putra Maryam) dalam literatur Islam (The Muslim Jesus_Tarif Khalidi)
2. Yesus berkata, “Beruntunglah orang yang menjaga lidahnya, yang memiliki rumah sesuai dengan kebutuhannya, dan yang membersihkan dosa-dosanya.”

Nasihat ini menggemakan nada Khotbah di Atas Bukit. Ungkapan “beruntunglah” (dalam bahasa Arab, thuba’) dimaksudkan sebagai reproduksi gaya berbicara Yesus dan ia juga ditemukan dalam beberapa nasihat lain. 

Perempuan Pezina Jodohnya Adalah Laki-Laki Pezina

 Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.”(An-Nur (24): 3)

Maknanya adalah tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya. Maka apakah Anda sebagai perempuan yang beriman, perempuan yang sholikhah, mau saja dinikahi laki-laki pezina atau laki-laki dari golongan musyrik? Anda tahu laki-laki musyrik? Mereka bukan orang Islam. Mereka tidak menyembah Allah sebagai sesembahan yang haq (benar), tetapi lebih menyukai sesembahan lain. 

Setelah Mati

Kemanakah kita setelah mati? Pertanyaan ini mengguncang akal manusia sepanjang masa. Maka tak heran bila Al-Qur’an mengabadikan pertanyaan ini, “Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali? Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (Surah Maryam (19): 66-67) Banyak yang menganggap kematian sebagai kelenyapan, akhir dari segalanya. (Al-Qarni, Drama Kematian, h 7) Akibat pandangan demikian, tak sedikit orang menebarkan kerusakan di muka bumi. Mereka hidup sesukanya tak ada yang bperlu dipertanggung jawabkan. Sebaliknya, tak jarang pula yang frustasi. Karena mati begitu menakutkan. Kematian dipandang kekuatan mahadasyat yang siap merenggut keberadaan seseorang kapan saja dan di mana saja. Setelah itu berakhrlah riwayatnya. Ada tiga alasan mengapa mati begitu mengerikan. Pertama, manusia tidak tahu apanyang akan terjadi setelah mati. Memasuki gelap dan senyap di dunia ini saja begitu mencekam, bagaimana ia memasuki alam kubur yang sempit? Kedua, bagi kita yang merasa dimanjakan oleh kenikmatan duniawi, kematian adalah akhir dari sekian banyak kenikmatan yang telah kita rasakan selama ini. Memasuki hari tua berarti memasuki fase penyesalan. Dan kematian merupakan puncak kekalahan dan penderitaan. Ketika Imam Ali (Ali ibn Abi Thalib) ditanya mengapa orang takut mati, ia menjawab, “Karena kalian memakmurkan duniamu dan melupakan akhiratmu! Bagaimana mungkin kalian mau pindah dari kemakmuran menuju kehancuran?” Ya, mati seakan pindah dari istana ke penjara abadi. Ketiga, karena merasa banyak dosa (lebih banyak kejahatannya daripada amal kebaikannya). Inilah ketakutan yangb dirasakan orang saleh. Jika kita takut mati disebabkan keterikatan kita kepada duna, orang saleh takut mati karena merasa belum cukup bekal. Inilah rasa takut yang dianjurkan seperti Ali Zayn al-Abidin, berdoalah dengan khusyuk, “Ya Allah, kepada-Mu aku berlindung dari habisnya usia sebelum bersiap menerima kematian.” 

Hal anta mutazawwijun?

Bahasa Arab “hal anta mutazawwijun” artinya “Apakah Anda sudah kawin?” Sebuah pertanyaan yang tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi seseorang. Tetapi ketahuilah bahwaa nikah (atau kawin) adalah sunah Rasul, sabda Nabi, “Nikah adalah perbuatanku, siapa yang tidak suka dengan sunahku, ia bukanlah temasuk golonganku” (al-hadits) Menjadi sebuah problema ketika seseorang sudah siap secara fisik dan mental untuk nikah, tetapi tidak ada biaya untuk itu, atau khawatir tidak mampu memberi nafkah kepada pasangannya. Dalam kasus yang banyak ditemui di kalangan remaja, kekhawatiran itu bahkan berupa takut tidak mendapatkan pasangan yang sesuai. Laki-laki menginginkan wanita yang sempurna, bermartabat, dan dari keluarga terpandang, begitu sebaliknya dari wanita. Orang Jawa mematok standar 3 B: bobot, bibit, bebet, maksudnya calon pasangannya itu haruslah orang yang punya kapasitas baik, dari keluarga baik-baik, dan bermartabat. Sekarang ini standar 3 B mulai ditinggalkan orang. Seseorang dari keluarga baik-baik tidak menjamin orang tersebut pasti baik. Banyak dijumpai ayahnya pandai berdakwah, ibunya santun, tetapi anaknya bejat. Jadi bagaimana seharusnya memilih pasangan? Anda berhak menentukan kriteria sendiri yang dianggap pantas. Bagi yang belum mampu kawin, kata Allah, “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. “ (24: 33) Hasanun, ilal liqoo-i!

Menikahlah karena ia beragama Islam

Laki-laki tertarik kepada wanita karena 3 hal, karena kecantikannya, keturunannya (nasabnya), dan agamanya. Maka pilihlah wanita, kata Rasulullah, karena agamanya. Bila Anda mencintai wanita karena kecantikannya, maka kecantikan itu yang bersumber dari keelokan wajah dan tubuh (sex appeal) akan pudar seiring dengan bertambahnya usia. Keturunan tidak menjadikan serta merta seseorang naik derajatnya. Meskipun dalam adat Jawa (suku Jawa banyak mendiami Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta), keturunan (bibit) menjadi pertimbangan ketika seseorang memutuskan akan menikahi wanita. Tetapi, bila Anda menikah karena agama (Islam), maka sesungguhnya Islam itu yang akan membawa Anda kepada kehidupan yang tenteram, damai, dan sejahtera terutama di akhirat nanti. Bagaimana jika laki-laki dari salah satu suku di Indonesia (entah Jawa, Madura, Bali, Batak, Melayu, atau Papua) menikah dengan wanita dari keturunan asing? (China, Arab, atau bahkan Pattani di Muangthai). Maka jawabannya sudah pasti, nikahilah wanita-wanita yang baik itu dari golongan muslim. Rasulullah adalah teladan yang baik, ketika Rasulullah menikah dengan Maria, kita tahu Maria adalah bukan dari Arab, umat muslim bisa belajar dari kehidupan Nabi, Rasulullah memperoleh kesejahteraan dalam kehidupan rumah tangganya. Karena Islam adalah 'rahmatan lil 'alamin'. Siapa pun mereka, dari keturunan bangsa mana pun, bila mereka dalam keadaan Islam, insyaallah akan mendapatkan kehidupan lebih baik, di dunia dan di akhrat. Barokallahu fid dun-ya wal akhirah ....

25 Nov 2014

Wacanen banjur wangsulana pitakon-pitakon ing ngisore!



Bapakku Tuku Tipi*)
            Bapakku tuku tipi anyar. Sing diutus mundhut masku sing saiki wus nyambut gawe dadi guru ana ing SD. Bubar asar karo ngajak kancane sing jenenge Parminto putrane Pak Bibit Somad juragan mbako, masku budhal menyang toko elektronik. Jare Bapak, masku iku anggone sekolah dadi guru wis tingkatan sarjana, mula Bapak ora kuwatir masku keliru milih tipi sing apik. Welinge Bapak, masku kudu tuku tipi sing gedhe, perlune yen nonton artis-artis katon gedhe gambare.
            Tenan bener kandhane para winasis, yen wong pinter kuwi ora bakal kapusan. Masku olehe milih tipi apik banget, kelire ireng ana sikile tipine. Medhun saka mobil sing disopiri Mas Parminto, masku karo mesam-mesem, sajak bombong atine, ngedhunke tipi karo digoceki Bapak.
            Tipi dipapanake ana ing kamar tamu. Diselehake ning meja, gedhene meh sameja. Mereke SRAP. Jare masku sing lulusan sarjana kuwi, tipi kaya ngene iki ora angger wong duwe. Regane wis mesthi larang, ngono pangiraku. Nalika aku takon, masku sajak duka: “Hus, cah cilik, ora usah melu-melu takon regane, mengko dak setelke.” “He … eh, Mas …,” kandhaku.
            Bengi kuwi aku karo dikancani Masku lan Bapakku nonton tipi nganti wengi. Sing disetel canel TVRI acarane Aneka Ria Safari. Acara sing dipandhu dening Pak Eddy Sud karo bidhuan Ice Trisnawati, isih garwane dhewe, pratela tontonan sing disenengi dening wong akeh, gedhe cilik, tuwa nom, ora ana sing keri. Bapakku sedhela-sedhela dhehem, “Hm … Wong kok ayune ora njamak …, saumpama …,” ngendikane ora diterusake.
            Wedang kopi sak tela gorenge, ora keri sukun putih sing dadi karemane Bapak nambah grengsenge Bapak anggone mirsani tipi. “Ora rugi ya Le, tuku tipi anyar. Bisa nonton wong-wong wedok kotangan. ” “Inggih, Pak,” Masku mangsuli karo mesem.
                                                                                    Kapethik saka Buku “Susah Basa
                                                                                    Anggitane Pak Dulnono kaca 1-2
*) wujude kothak yen disetel murub metu gambare
Ceceg-ceceg ngisor iki wangsulana kanthi petitis!
  1. Sapa sing tuku tipi anyar?
…………………………………………………………
  1. Sapa sing diutus Bapak mundhut tipi ning toko elektronik?
…………………………………………………………
  1. Parminto kuwi putrane sapa? Apa pagaweyane Bapakke?
………………………………………………………………………………….
  1. Welinge Bapak kudu tuku tipi sing gedhe. Apa perlune?
…………………………………………………………………………….……
  1. Geneya tuku tipi kok ora rugi? Apa kauntungane?
………………………………………………………………………………….

Meja



Papan-papan jati sing ditumpuk ana ing gudhang wis udakara suwe dipangan rayap. Saiki arep digawe meja guru. Ngundang Pak Gito tukang kayu sing wis ngerti pagaweyane apik. Meja cacahe ana rolas kasil dirampungke ora nganti sesasi. Nanging meja kuwi isih perlu dipelitur supaya pantes lan kepenak dianggo.
            Meja rolas dipapanake ana ing kantor guru sadurunge difinishing. Aku ora setuju. “Meja dereng dipelitur kok mpun ditata  mriku si, Pak?” aturku karo Kepala Sekolah.
            “Harus. Harus. Harus. Tidak boleh ditawar!” ngendikane Kepala Sekolah rada duka nganggo basa Indonesia sing kaku, karo lambe isih ngemut sukun putih.
            “Sae dipun pelitur riyin, Pak. Mangke menawi mpun kesuwen reged, olehe ngopeni rada susah.”
            “Bendhahara  kandha  yen dhuwit sekolahan ora cukup nggo ngrawat meja!  Mengko ora wurunga aku sing disalahake meneh, Kepala Sekolah ora bijaksana.” Bapak Kepala Sekolah sing asmane Sulkani kuwi saya duka ngendikane. “Aku ki sengit yen weruh barang dha blengkrah ora tumata. Ana meja ning latar ora dilebokke. Botol-botol kosong ya dha ngglarah ning tritis ora diopeni Penjaga. Sepet aku nyawang. Nganti arep parkir montor wae ora bisa.”
            Aku arep matur keselak Pak Sulkani tambah dukane: “Wis nek ngene iki nauzubillah min zalik tenan, aku weruh barang-barang pating blengkrah. Malah ngko nek sido mejane dipelitur, aku ora sudi awakku yen kok kongkon ngetokna nglebokna mejane. Weruh barang ora kok tata apik, innalillahi wa inna ilaihi raji’un.”
            “Lho … Pak?”
            “Arep dhok pelitur karepmu! Sakarepmu! Nanging yen wis rampung ora kena kok umbar ning latar!”
            Aku rada gumun krungu ngendikane Bapak Kepala Sekolah. Wis kliwat ngendikane, nganggo innalillahi wa inna ilaihi raji’un barang. Aku terus mikir-mikir apa Pak Sulkani wis atos tenan atine?
            Jam 9 esuk Pak Sulkani budhal menyang bank boncengan karo Ibu Bendhahara Sekolah. Kondur saka bank Pak Sulkani isih katon sluntrut paraupane. Ibu Bendhahara nyedhaki salah sawijining guru karo ngendikan, “Mau Pak Sulkani ngendikan yen bar disentak-sentak guru. Aku ora ngerti urusane!”
            Nyawang raine Pak Sulkani sing wis ireng kuwi tambah abang dadi abang ireng, aku wegah nyedhak kuwatir saya muntab nesune. Pak Sulkani  ora bisa diajak caturan kanthi becik. Mung yen karo Pak Satriyo, Kepala Sekolah rumangsa cocog, amarga ora nate mbantahi ngendikane. Nanging yen ning mburi Kepala Sekolah, Pak Satriyo bisa wae ngomong, “Pak Sulkani kakekane!”
Zulhijjah 1430 H
                                                Susah BasaPak Dulnono

Gaza

Gaza
Siapakah bangsa yang pertama kali menghuni wilayah Palestina? Mereka adalah bangsa Kan’an. Mereka datang dari Jazirah Arab sejak 4500 tahun yang lalu. Sehingga pada awalnya Palestina disebut Negeri Kan’an. Bangsa Palestina yang ada sekarang ini adalah anak keturunan bangsa Kan’an yang sebahagiannya berasal dari keturunan bangsa Timur Laut Tengah “PLST” atau bangsa Palestina serta kabilah-kabilah Arab yang berasimilasi dengan bangsa Kan’an. Meski dari waktu ke waktu Palestina pernah diperintah oleh berbagai penguasa dari bangsa yang berbeda-beda, akan tetapi penduduk asli Palestina tetap berdomisili dan tidak pernah meninggalkan bumi Palestina. Atas kesadaran sendiri, mayoritas penduduk Palestina akhirnya memeluk Islam. Dan seiring dengan datangnya Islam ke Palestina mereka pun mulai bersentuhan dan berkomunikasi dengan bahasa Arab. Maka, jadilah Islam sebagai identitas negeri Palestina terlama sepanjang sejarah. Dimulai sejak sejak ekspansi Islam tahun 15 H/ 636 M dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab hingga saat ini. Meski sejak tahun 1948 sebagian besar penduduknya diusir oleh penjajah Zionis. Klaim Sejarah Yang Dibuat-buat Klaim-klaim hak sejarah yahudi di Palestina bertolak belakang dengan hak bangsa Arab-Muslim Palestina. Merekalah anak keturunan bangsa Palestina yang telah memakmurkan negeri ini sejak 1500 tahun sebelum Bani Israel membangun negara mereka (Kerajaan Daud) dan ketika mereka berkuasa bahkan ketika kekuasaan Yahudi terputus hingga saat ini, bangsa Palestina tetap mendiami tanah leluhur mereka. Bani Israil hanya memerintah sebagian wilayah saja dari Palestina (dan bukan seluruhnya) selama kurang lebih empat abad lamanya ( terutama sejak 1000-586 SM. Setelah wafatnya Sulaiman as. Tahun 923 SM, kerajaan Bani Israel terpecah menjadi dua bagian: Kerajaan Israel di Utara yang jatuh tahun 722 SM ke tangan Bangsa Asyuria dan kerajaan Yehuda yang jatuh ke tangan Babilonia tahun 586 SM). Setelah itu hilanglah kekuasaan mereka, kemudian secara silih berganti Palestina diperintah oleh bangsa Asyuria, Persia, Firaun, Yunani, Romawi. Dan selama masa-masa itu bangsa Palestina tetap teguh untuk tinggal di negeri mereka, Palestina. (sumber : beritapalestina.com)

Seperti orang Islam jika mati

Seperti orang Islam jika mati
Maka orang Kristen mati ditanyai malaikat Munkar dan Nakir di kubur dengan pertanyaan: Siapa Tuhanmu? Apakah agamamu? Siapa Nabimu? Mana kiblatmu? Maka orang Kristen akan memberikan jawaban tidak sama dengan muslim. Jawabannya adalah: Tuhanku adalah Yesus. Agamaku Protestan. Nabiku Paulus. Kitab suciku Perjanjian Baru dan kiblatku kiblat papat (utara, selatan, barat dan timur). Jawaban serupa akan diberikan bagi pemeluk Katholik dengan sedikit perbedaan kitab sucinya adalah Perjanjian Lama. Malaikat Munkar dan Nakir yang ketika mendatangi muslim yang taat berwajah sebagai malaikat Kiraman dan Katibin, kali ini benar-benar Munkar dan Nakir yang berwaajah garang. Palu sebesar glugu klapa (batang kelapa) diarahkan ke kepala mayit. Hancur luluh itu kepala. “Masuklah ke dalam golongan orang-orang yang dimurkai Allah”, kata malaikat selanjutnya kepada pemeluk Kristen itu. Mayit yang dosanya tidak mendapatkan ampunan itu berada di alam barzah hingga saatnya dibangkitkan ketika hari kiamat datang.

Agama Syi'ah

Agama Syi'ah
Syi'ah Kelompok Sesat.Ulama Syi’ah Bercerita Tentang Agama Mereka (Bukti Kesesatan Agama Syi’ah dari Sumber Rujukan Mereka) Termasuk kewajiban yang paling wajib adalah menjaga agama dan keyakinan kaum muslimin terhadap penyimpangan dan kerusakan, serta menerangkan jalan kerusakan agar kaum muslimin tidak terjatuh ke dalam kerusakan tersebut. Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhuma berkata, كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي “Manusia bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan (karena) khawatir bila kejelekan itu akan menimpaku ….” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim] Di antara ancaman yang sangat besar terhadap aqidah kaum muslimin adalah agama kaum Syi’ah Rafidhah, suatu agama yang merusak dan meruntuhkan nilai-nilai keyakinan umat Islam. Ironisnya, agama Syi’ah ini didukung oleh beberapa negara dan dipersiapkan guna menyebar racun mereka di seluruh negeri kaum muslimin. Bila merasa kuat pada suatu negeri, Kaum Syi’ah akan berbuat kezhaliman dan kesewenang-wenangan, seperti ulah mereka di Iran, Suriah, Bahrain, dan selainnya. Bila merasa lemah, mereka akan tampil dengan “pakaian” pendekatan dan persahabatan, atau sengaja memancing kemarahan kaum muslimin dengan mencela agama kaum muslimin sehingga sebagian kaum muslimin lepas kontrol. Bila kejadian yang mereka inginkan telah terjadi, mereka pun berdiri di belakang media massa agar ditampilkan sebagai orang-orang yang “dizhalimi” supaya mendapat belas kasih dan kesempatan untuk bercerita tentang keyakinan mereka. Berikut beberapa pembahasan ringkas tentang kesesatan dan penyimpangan agama Syi’ah. Kami menerangkan kesesatan agama mereka dari “mulut” mereka sendiri yang menumpahkan keyakinan mereka dalam buku-buku mereka sendiri. Definisi Syi’ah Syaikh kelompok Syi’ah, Muhammad bin Muhammd bin An-Nu’man, yang bergelarAl-Mufîd, berkata, “Syi’ah adalah para pengikut amirul mukminin Ali shalawatullâhi ‘alaihi di atas jalan loyalitas, meyakini keimaman (Ali) setelah Rasul shalawatullâhi ‘alaihi wa âlihi tanpa terputus, menafikan keimaman siapa saja yang telah mendahului (Ali) dalam khilafah, serta menjadikan (Ali) sebagai yang diikuti dalam keyakinan, bukan mengikut kepada salah seorang di antara mereka di atas jalan kesetiaan.” [Awâ`ilul Maqâlât hal. 38] Syaikh mereka yang lain, Sa’d bin ‘Abdillah Al-Qummy, mendefinisikan, “Syi’ah adalah golongan Ali bin Abi Thalib yang dinamakan Syi’ah Ali pada masa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan masa setelahnya. Mereka dikenal dengan loyalitas kepada Ali dan menyatakan keimaman (Ali).” [Al-Maqâlât Wal Firâqhal. 15] Dalam agama Syi’ah, banyak kelompok dan aliran. Hanya, pada masa ini, penggunaan kata syi’ah tertuju kepada penganut terbanyak agama Syi’ah: Syi’ah Itsnâ Asyariyyah. Demikian keterangan salah seorang rujukan mereka, Husain An-Nury Ath-Thabarsy, dalam kitabnya, Mustadrak Al-Wasâ`il 3/311. Siapakah 12 Imam Kaum Syi’ah? Mereka disebut Syi’ah Itsnâ Asyariyyah karena meyakini keimaman 12 imam Ahlul Bait. 12 imam tersebut adalah [1] Abul Hasan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu(Lahir 23 tahun sebelum hijrah dan mati syahid pada 40 H), digelari Al-Murtadhâ; dan dua putra beliau, [2] Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (2 H-50 H), digelari Al-Mujtabâ/Az-Zaky; [3] Abu Abdillah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (3 H-61 H), digelar Asy-Syahid. Delapan Imam lain adalah dari keturunan Al-Husain radhiyallahu ‘anhu secara berurut. Kunyah, nama, dan gelar mereka terhitung dari bawah, yaitu [11] Abu Muhammad Al-Hasan Al-‘Askar (232 H-260 H) bin [10] Abul Hasan Ali Al-Hâdy (212 H-254 H) bin [9] Abu Ja’far Muhammad Al-Jawwâd (195 H-220 H) bin [8] Abul Hasan Ali Ar-Ridhâ (148 H-203 H) bin [7] Abu Ibrahim Musa Al-Kâzhim (128 H-183 H) bin [6] Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq (83 H-148 H) bin [5] Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir (57 H-114 H) bin [4] Abu Muhammad Ali As-Sajjâd/Zainul ‘Âbidîn (38 H-95 H) bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thâlib -semoga Allah meridhai dan merahmati mereka seluruhnya-. Adapun imam ke-12, mereka sebut berkunyah Abul Qâsim bernama Muhammad serta bergelar Al-Mahdi, Al-Qâ`im, Al-Hujjah, dan Al-Muntazhar. Akan datang penjelasan tentang Imam Mahdi kaum Syi’ah. Asal Muasal Agama Syi’ah Pendiri agama Syi’ah adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang pura-pura memeluk Islam. Dialah yang memunculkan aqidah keimaman Ali radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan pokok keyakinan kaum Syi’ah. Hal ini diakui oleh orang-orang Syi’ah dalam belasan buku rujukan mereka. [Bacalah kitab Ibnu Saba’ Haqiqah La Khayâl karya Dr. Su’dâ Al-Hâsyimy] Seorang tokoh mereka, Al-Hasan An-Nûbakhty, menjelaskan, “As-Saba`iyyah adalah mereka yang berkata tentang keimaman Ali ‘alaihis salam, sedang keimaman adalah kewajiban dari Allah Azza wa Jalla. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba`. (Abdullah bin Saba`) tergolong orang yang menampakkan celaan terhadap Abu Bakr, Umar, Utsman, dan para shahabat, serta berlepas diri dari (para shahabat) tersebut …. Sejumlah ulama menghikayatkan bahwa, dahulu, Abdullah bin Saba` adalah seorang Yahudi, lalu memeluk Islam dan berloyalitas kepada Ali ‘alaihis salam.” [Firâq Asy-Syî’ah hal. 32] Pokok-Pokok Kesesatan Agama Syi’ah Berbicara tentang kesesatan agama Syi’ah adalah suatu hal yang sangat panjang. Berikut beberapa simpulan ringkas tentang agama Syi’ah dari buku-buku mereka sendiri. 1. Keyakinan Kaum Syi’ah tentang Keimaman Para Imam Ahlul Bait Keyakinan kaum Syi’ah tentang keimaman 12 imam Ahlul Bait mengandung kekafiran yang sangat nyata. Di antara keyakinan tersebut adalah bahwa keimaman Ahlul Bait lebih tinggi daripada derajat kenabian. Salah seorang tokoh mereka, Muhammad Ridha Al-Muzhaffar, berkata, “Kami meyakini bahwa keimaman adalah seperti kenabian, yang tidaklah terjadi, kecuali berdasarkan nash dari Allah Ta’âlâ melalui lisan Rasul-Nya atau melalui lisan Imam yang telah ditetapkan secara nash apabila dia ingin menetapkan imam setelahnya. Hukum keimaman dalam hal tersebut adalah hukum kenabian tanpa perbedaan.” [‘Aqâ`id Al-Imâmiyah hal. 103] Imam Kaum Syi’ah, Zainuddin Al-Bayâdhy, berkata, “Kebanyakan guru kami lebih mengutamakan (Ali) di atas Ulul ‘Azmi karena keumuman kepemimpinan (Ali), dan seluruh penduduk dunia mengambil manfaat pada kekhalifahan (Ali).” [Ash-Shirâthul Mustaqîm ‘Alâ Mustahiqqî At-Taqdîm 1/210] Syaikh Kaum Syi’ah, Nikmatullah Al-Jazâ`iry, berkata, “Keimaman umum adalah lebih tinggi daripada derajat kenabian dan kerasulan.” [Zahrur Rabî’ hal. 12] Bahkan, kaum Syi’ah menganggap bahwa keutamaan para nabi bersumber dari kecintaan para nabi kepada para imam Ahlul Bait. Tokoh mereka, Muhammad Bâqir Al-Majlisy, dalam kitabnya, Bihârul Anwâril Jâmi’ah Li Akhbâril A`immatil Ath-hâr 26/267, menyebut bab khusus dengan judul bab “Keutamaan (Para Imam Ahlul Bait) ‘alaihimus salam terhadap Para Nabi dan Seluruh Makhluk; Pengambilan Janji terhadap Para Nabi, Para Malaikat, dan Seluruh Makhluk Tentang Mereka; serta Bahwa Ulul ‘Azmi Ada sebagai Ulul ‘Azmi karena Kecintaan kepada (Para Imam Ahlul Bait) Shalawatullâhi ‘Alaihim.” Siapa saja yang mengingkari keimaman Ahlul Bait adalah kafir di kalangan penganut agama Syi’ah. Sumber riwayat mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulîny, meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq -semoga Allah merahmatinya-, bahwa Ja’far berkata, “(Ada) tiga orang yang Allah tidak melihat kepada mereka pada hari Kiamat, tidak menyucikan mereka, dan siksaan pedih untuk mereka: (1) Orang yang mengakui suatu keimaman dari Allah yang bukan miliknya, (2) orang yang mengingkari seorang imam dari Allah, dan (3) Orang yang menyangka bahwa kedua (jenis orang) tersebut memiliki bagian dalam keislaman.” [Ushûlul Kâfy 1/434, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, cet. Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H] Dalam Amaly Ash-Shadûq, disebutkan riwayat dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi bahwa, “Siapa saja yang mengingkari keimaman Ali setelahku, dia telah mengingkari kenabian pada kehidupanku, sedang siapa saja yang mengingkari kenabianku, dia telah mengingkari rubûbiyah Rabb-nya ‘Azza wa Jalla.” [Al-Amalyhal. 308, Bihârul Anwâr 34/109] Bahkan, mereka menganggap bahwa para nabi menegakkan seluruh risalah kenabian, dan risalah itu akan disempurnakan oleh imam kaum Syi’ah yang muncul pada akhir zaman. Tokoh mereka pada masa ini, Al-Khumainy, berkata, “Setiap nabi dari para nabi hanyalah datang untuk menegakkan keadilan, dan tujuannya adalah untuk menerapkan (keadilan) di alam, tetapi beliau tidaklah berhasil. Hingga, penutup para nabi, yang datang untuk memperbaiki dan mengatur manusia serta menerapkan keadilan, sesungguhnya juga tidak mendapat taufiq. Sesungguhnya, yang akan berhasil dengan segala makna kalimat (keberhasilan) dan menerapkan keadilan di seluruh penjuru dunia adalah Al-Mahdi yang ditunggu.” [Mukhtârât min Ahâdîts wa Khithâbât Al-Khumainy 2/42] Tidak seorang muslim pun yang meragukan kekafiran ucapan di atas, yang bertentangan dengan ayat-ayat Allah Ta’âlâ dan keyakinan yang dimaklumi dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin. Allah Subhânahû wa Ta’âla telah berfirman, يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, tetapi Allah tidaklah menghendaki, kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur`an) dan agama yang benar untuk Dia menangkan (agama) itu atas segala agama, walau orang-orang musyrik tidak menyukai.” [At-Taubah: 32-33] 2. Keyakinan Kaum Syi’ah tentang Kedudukan Para Imam Ahlul Bait Kaum Syi’ah meyakini bahwa para imam mereka mengetahui perkara ghaib. Dalam Ushûlul Kâfy karya ahli hadits mereka, Al-Kulîny, terdapat sejumlah riwayat dari para imam Ahlul Bait -semoga Allah merahmati mereka- tentang pengetahuan para imam akan ilmu ghaib. Riwayat-riwayat tersebut terangkai dalam sejumlah bab pembahasan, di antaranya adalah bab “Para Imam ‘alaihimus salamMengetahui Hal yang Telah Terjadi dan Hal yang Akan Terjadi, serta Tiada Suatu Apapun yang Tersembunyi terhadap Mereka” [Ushûlul Kâfy 1/316], bab “Para Imam Mengetahui Waktu Meninggal Mereka, dan Mereka Tidak Meninggal, kecuali dengan Pilihan Mereka” [Ushûlul Kâfy 1/313], dan bab “Para Imam ‘alaihimus salamMengetahui Seluruh Ilmu yang Keluar kepada Malaikat, Para Nabi, dan Para Rasul ‘alaihimus salam” [Ushûlul Kâfy 1/310]. Mereka juga meyakini bahwa ucapan para imam mereka adalah firman Allah. Dalam Ushûlul Kâfy, disebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa beliau berkata, “Ucapanku adalah ucapan ayahku. Ucapan ayahku adalah ucapan kakekku. Ucapan kakekku adalah ucapan Al-Husain. Ucapan Al-Husain adalah ucapan Al-Hasan. Ucapan Al-Hasan adalah ucapan (Ali) Amirul Mukminin (A). Ucapan Amirul Mukminin adalah hadits Rasulullah (shâ). Hadits Rasulullah adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla.” [Ushûlul Kâfy 1/105] Dalam syarah kitab Ushûlul Kâfy, Muhammad Shalih Al-Mâzandarâny berkata, “Sesungguhnya hadits dari setiap imam yang tampak adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla. Tiada perbedaan dalam ucapan-ucapan para imam sebagaimana tiada perbedaan dalam firman Allah Ta’âlâ.” [Syarh Jâmi’ ‘Alâ Ushûlil Kâfy 2/272] Sikap ekstrem dan berlebihan di atas adalah kekafiran yang sangat jelas pada kelompok Syi’ah. Siapa saja yang menganggap bahwa ada yang mengetahui hal ghaib dari makhluk adalah kafir menurut Al-Qur`an, Sunnah, dan kesepakatan kaum muslimin. 3. Aqidah Raj’ah Kaum Syi’ah Al-Ahsâ`iy dalam kalangan Syi’ah memberi definisi, “Ketahuilah bahwa raj’ahadalah rahasia dari rahasia Allah. Berpendapat dengan (raj’ah) adalah buah keimanan kepada hal ghaib. Maksud (raj’ah) adalah kembalinya para imam ‘alaihimus salam dan syi’ah-nya serta musuh-musuh mereka dari yang keimanannya telah dimurnikan atau kekafirannya dari dua golongan, dan bukan tergolong orang-orang yang telah Allah binasakan di dunia dengan suatu siksaan. Apabila telah dibinasakan dengan suatu siksaan, mereka tidak akan kembali.” [Kitâbur Raj’ah hal. 11] Al-Majlisy menerangkan aqidah mereka, “Sungguh jiwa-jiwa yang telah pergi akan kembali dan akan melaksanakan qishash pada hari kebangkitan mereka. Siapa saja yang disiksa akan mengambil qishash dengan menyiksa (orang yang menyiksa)nya. Siapa saja yang dibuat marah akan melampiaskan kemarahannya. Siapa saja yang dibunuh akan mengambil qishash dengan membunuh (orang yang membunuh)nya, sedang musuh-musuh mereka akan dikembalikan bersama mereka sehingga mereka melampiaskan kemarahannya. Lalu, mereka dihidupkan selama tiga puluh bulan setelah (musuh) itu (dimatikan), kemudian meninggal dalam satu malam dalam keadaan telah melampiaskan kemarahan mereka dan memuaskan diri-diri mereka, sedangkan musuh-musuh mereka telah menuju siksaan neraka yang paling pedih. Selanjutnya, mereka berdiri di depan (Allah) Al-Jabbâr ‘Azza wa Jalla lalu (Allah) memberikan hak-hak mereka untuk mereka.” [Bihârul Anwâr 53/44] Menurut Syi’ah, musuh pertama yang akan dibangkitkan adalah Abu Bakr, Umar, dan Utsman. [Bihârul Anwâr 98/293] Mereka juga menyebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Ash-Shâdiq -semoga Allah merahmatinya- dalam menafsirkan firman Allah, “Oleh karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka sekadar sebentar.” [Ath-Thâriq: 17], bahwa Ja’far berkata, “Beri tangguhlah orang-orang kafir itu, wahai Muhammad, yaitu beri tangguhlah mereka itu sekadar sebentar untuk waktu kebangkitan Al-Qâ`im (Mahdi) ‘alaihis salam sehingga (Al-Qâ`im) membalas dendam untukku terhadap orang-orang yang bersombong serta para thaghut dari Quraisy, Bani Umayyah, dan seluruh manusia.” [Tafsîr Al-Qummi2/416] Aqidah kaum Syi’ah di atas adalah kekafiran nyata yang para ulama sepakati. Allah‘Azza wa Jalla telah menerangkan bahwa hanya ada alam kubur dan hari kiamat, حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ. لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga, apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amalan shalih terhadap (amalan) yang telah kutinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang sekadar dia ucapkan. Sedang, di hadapan mereka, ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” [Al-Mu`minûn: 99-100] Allah ‘Azza wa Jalla juga menerangkan bahwa setelah kematian adalah kembali kepada-Nya, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Lalu, hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” [Al-‘Ankabût: 57] 4. Aqidah Al-Badâ` dalam Agama Syi’ah Dalam bahasa Arab, kata al-badâ` digunakan dalam dua makna: penampakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dan kemunculan pendapat baru. Dalam riwayat-riwayat kaum Syi’ah disebutkan, “Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu apapun yang semisal Al-Badâ`,”, “Tidaklah Allah diagungkan dengan sesuatu yang semisal Al-Badâ`.” [Ushûlul Kâfy 1/197], dan “Andaikata mengetahui pahala keyakinan tentang Al-Badâ`, manusia tidak akan bosan berbicara tentang (Al-Badâ`) itu.” [Ushûlul Kâfy 1/199] Dari Abu Hamzah Ats-Tsumâly, beliau berkata: Saya mendengar Abu Ja’far (Muhammad Al-Bâqir) ‘alaihis salam berkata, “Wahai Tsabit, sesungguhnya AllahTabâraka wa Ta’âlâ pernah menentukan perkara ini pada tahun 70. Tatkala Al-Husain shalawatullâhi ‘alaihi terbunuh, kemurkaan Allah terhadap penduduk bumi menjadi sangat besar sehingga Allah mengakhirkan (penentuan) itu hingga tahun 140. Kami telah menceritakan kepada kalian, dan kalian telah mendengarkannya kemudian menyingkap tirai penutup, sedang setelah itu Allah tidak menetapkan waktu tertentu di sisi kami. Allah menghapus yang Dia kehendaki dan menetapkan (yang Dia kehendaki), serta di sisi-Nya ada Ummul Kitab.” [Ushûlul Kâfy 1/429, Al-Ghâ`ibah karya Ath-Thûsy hal. 263 dan Bihârul Anwâr 52/105] Keyakinan kaum Syi’ah di atas disebut dalam banyak buku mereka dan diakui oleh ulama mereka. Tentu dimaklumi oleh seorang muslim bahwa keyakinan tersebut adalah kekafiran yang jelas karena mengharuskan kejahilan dan ketidaktahuan Allah terhadap hal yang akan terjadi. 5. Keyakinan Taqiyyah dalam Agama Syiah Dalam mendefinisikan taqiyyah, Al-Mufîd berkata, “Taqiyyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinan, serta menutupi (keyakinan) dari orang-orang yang menyelisihi dan tidak terang-terangan kepada mereka dalam hal yang mengakibatkan bahaya dalam agama atau dunia.” [Tash-hîhul I’tiqâd hal. 115] Al-Khumainy berkata, “Makna taqiyyah adalah seorang manusia mengatakan suatu ucapan yang berseberangan dengan kenyataan, atau mendatangkan amalan yang bertentangan dengan timbangan-timbangan syariat. Hal tersebut untuk menjaga darah, kehormatan, atau harta.” [Kasyful Asrâr hal 147] Keyakinan ini adalah suatu ibadah yang sangat agung di kalangan orang-orang Syi’ah. Dalam riwayat mereka, disebutkan dari Abu Umar Al-A’jamy bahwa dia berkata: Abu Abdillah (yakni Ja’far Ash-Shâdiq) berkata kepadaku, “Wahai Abu Umar, sesungguhnya sembilan dari sepuluh bagian agama adalah taqiyyah, dan tiada agama bagi orang yang tidak memiliki taqiyyah ….” [Ushûlul Kâfy 2/133, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H] Juga dari Sulaiman bin Khalid, dia berkata bahwa Abu Abdillah (yakni Ja’far Ash-Shâdiq) berkata, “Wahai Sulaiman, sesungguhnya kalian berada di atas suatu agama. Siapa saja yang menyembunyikan (agama) itu, Allah akan memuliakannya. (Namun), siapa saja yang menyebarkan (agama) itu, Allah akan menghinakannya.” [Ushûlul Kâfy 2/136, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H] Bahkan, mereka berdusta dengan menisbatkan kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa “Orang yang meninggalkan taqiyyah adalah seperti orang yang meninggalkan shalat.” [Jâmi’ul Akhbâr karya Ibnu Bâbawaih Ash-Shaqûq hal. 110 dan Bihârul Anwâr 74/412 karya Al-Majlisy] Keyakinan batil kaum Syi’ah ini menutupi segala kedustaan dan kontradiksi mereka. Sehingga, bila ditanyakan kepada mereka, “Mengapa Ali z membait Abu Bakr, Umar, dan Utsman?” Mereka akan menganggap bahwa hal tersebut adalahtaqiyyah, “Mengapa banyak kontradiksi ditemukan dalam buku-buku Syi’ah?” Mereka akan menjawab, “Itu taqiyyah.” An-Nubakhty menukil dari Sulaiman bin Jarir bahwa Sulaiman berkata, “Sesungguhnya, untuk syi’ah mereka, para imam Rafidhah meletakkan dua keyakinan yang, dengan (dua hal) itu, tidak akan tampak suatu kedustaan apapun dari para imam mereka. Dua keyakinan itu adalah keyakinan al-badâ` dan pembolehan taqiyyah. Adapun al-badâ`, itu karena para imam di tengah Syi’ah mereka menduduki kedudukan para nabi di tengah rakyat dalam keilmuan pada hal yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Apabila sesuatu yang mereka katakan terjadi, mereka berkata, ‘Bukankah kami telah memberitahu kalian bahwa hal ini akan terjadi? Dari Allah, kami mengetahui hal yang para nabi ketahui. Antara kami dan Allah terdapat sebab-sebab yang para nabi mengetahui hal yang mereka ketahui.’ Kalau sesuatu yang mereka katakan akan terjadi itu tidak terjadi, mereka berkata, ‘Telah terjadi al-badâ` pada Allah dalam hal tersebut.’.” [Firaq Asy-Syi’ahhal. 64-65] Bahkan maksud utama keyakinan taqiyyah ini adalah untuk mengeluarkan dan menjauhkan Syi’ah dari keislaman. Mereka menyebut riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa beliau berkata, “Hal-hal yang kalian dengar dariku yang menyerupai ucapan manusia (yaitu kaum muslimin), padanya ada taqiyyah. (Sedangkan), hal-hal yang engkau dengar dariku yang tidak menyerupai ucapan manusia, tiada taqiyyah di dalamnya.” [Bihârul Anwâr 2/252] 6. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Al-Qur`an Banyak kekafiran kaum Syi’ah dalam keyakinan mereka tentang Al-Qur`an. Seorang muslim yang mengetahuinya pasti dadanya akan sesak dengan ucapan-ucapan mereka. Di antara keyakinan mereka adalah bahwa Al-Qur`an, yang berada di tangan kaum muslimin, telah berkurang dan telah diubah atau diganti. Dalam riwayat Al-Kulîny dengan sanadnya dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq disebutkan, “Sesungguhnya Al-Qur`an yang Jibril bawa kepada Muhammadshallallâhu ‘alaihi wa âlihi adalah sebanyak tujuh belas ribu ayat.” [Ushûlul Kâfy2/350, Mansyurât Al-Fajr, Beirut, Lebanon, cet. ke-1 2007 M/1428 H] Dalam riwayat lain, “… Mushaf Fatimah adalah seperti Al-Qur`an kalian ini (sebanyak) tiga kali lipat. Demi Allah, di dalamnya tiada satu huruf pun dari Al-Qur`an kalian ….” [Ushûlul Kâfy 1/295, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H] Muhsin Al-Kâsyâny, seorang ahli tafsir mereka, berkata, “Faedah yang terpetik dari riwayat-riwayat melalui jalur Ahlul Bait ‘alaihimus salam adalah bahwa Al-Qur`an yang berada di tengah kita tidaklah sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam. Bahkan, dalam (Al-Qur`an) itu, ada yang menyelisihi (firman) yang Allah turunkan, ada pula yang telah berubah lagi terganti dalam (Al-Qur`an). Juga sesungguhnya banyak hal telah dibuang dari (Al-Qur`an), di antaranya adalah nama Ali pada banyak tempat. Selain itu, Al-Qur`an juga tidak berada di atas susunan yang diridhai di sisi Allah dan di sisi rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam.” [Tafsîrush Shâfy 1/49] Syaikh kaum Syi’ah, Al-Mufîd, berkata, “Sesungguhnya kabar-kabar yang datang sangatlah banyak, dari para imam petunjuk dari keluarga Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi, tentang pertentangan Al-Qur`an dan apa-apa yang orang-orang zhalim adakan berupa penghapusan dan pengurangan di dalamnya ….” [Awâ`ilul Maqâlât hal. 8] Ucapan ulama Syi’ah dari dahulu hingga belakangan menunjukkan aqidah ini, bahkan Syaikh kaum Syi’ah, An-Nûry Ath-Thabarsy, memiliki buku khusus yang berjudul Fashlul Khithâb Fî Itsbati Tahrîf Kalâmi Rabbil Arbab (Kata Pemutus tentang Penetapan Terjadinya Perubahan pada [Al-Qur`an] Kalam Rabbil Arbâb). Kalau ada dari kalangan Syi’ah yang mengingkari perubahan dan pergantian Al-Qur`an, hal tersebut hanya berasal dari aqidah taqiyyah mereka. Pegangan dan kumpulan dari Al-Qur`an, dengan berbagai riwayat dari masa para shahabat hingga hari ini, semuanya tidak berlaku di kalangan Syi’ah. Ahli hadits terpercaya kaum Syi’ah, Al-Kulîny, menyebutkan bab “Tiada yang Mengumpul Seluruh Al-Qur`an, Kecuali Para Imam (A), Sedang Mereka Mengetahui Seluruh Ilmu (Al-Qur`an)”, kemudian membawakan riwayat dengan sanadnya dari Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir bahwa Abu Ja’far berkata, “Tiada seorang pun dari manusia yang mengaku mengumpulkan seluruh Al-Qur`an sebagaimana yang diturunkan, kecuali seorang pendusta. Tiada yang mengumpul dan menghafal (Al-Qur`an) sebagaimana yang Allah Ta’âlâ turunkan, kecuali Ali bin Abi Thalib (‘A) dan para imam setelahnya (‘A).” [Ushûlul Kâfy 1/284, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H] Dalam sifat Imam Mahdi kaum Syi’ah, mereka menyebutkan bahwa Imam Mahdi akan keluar dengan membawa kitab baru. Mereka menyebutkan, “Telah mutawatir dari para imam yang suci shalawâtullâhi ‘alaihim bahwa imam zaman serta utusan masa dan waktu shalawâtullâhi wa salâmuhu ‘alaihi akan datang dengan kitab baru, sangat keras terhadap orang-orang Arab, dan kebanyakan tentara-tentaranya adalah anak-anak ajam (bukan Arab).” [Al-Fawâ`idul Madaniyyah Wasy Syawâhidul Makkiyyah hal. 532-533, Muhammad Amin dan Nûruddîn Al-‘Âmily] Maha Suci Allah dari kekafiran kaum Syi’ah. Allah telah berfirman, إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ. لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ “Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap Al-Qur`an, ketika (Al-Qur`an) itu datang kepada mereka, (pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur`an) itu adalah kitab mulia. Tiada kebatilan yang datang pada (Al-Qur`an), baik dari depan maupun dari belakangnya, diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” [Fushshilat: 41-42] 7. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam Dalam keyakinan kaum Syi’ah, seluruh hadits yang tidak berasal dari jalur Ahlul Bait tidaklah diterima. Salah satu rujukan mereka, Muhammad Husain Âlu Kâsyifil Ghithâ, berkata, “Sesungguhnya Syi’ah tidak menganggap (sesuatu) sebagai sunnah, kecuali hal-hal yang telah shahih untuk mereka melalui jalur-jalur Ahlul Bait …. Adapun riwayat Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, ‘Amr bin ‘Âsh, dan semisalnya, itu tidaklah bernilai (semisal) seekor lalat di kalangan orang-orang Syi’ah Imamiyyah. [Ashlush Syi’ah wa Ushûluhu hal. 79] Asy-Syâhid Nûrullâhi At-Tastury berkata, “… (Hal itu) karena Al-Bukhâry, Muslim, dan semisalnya adalah para pemalsu hadits lagi para pendusta di kalangan Syi’ah. Bahkan, karena banyak alasan, mereka menetapkan kedunguan dan pendeknya pemahaman Al-Bukhâry perihal membedakan antara (hadits) shahih dan dha’if.” [Ash-Shawârimul Muhriqah hal. 57] Terlebih lagi, menurut mereka, orang yang mengambil riwayat dari selain Ahlul Bait adalah musyrik. Dalam sebuah riwayat dalam buku terpercaya mereka, disebutkan bahwa Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq menyatakan, “… Dan siapa saja yang mengaku mendengar dari selain pintu yang Allah buka untuknya, dia adalah musyrik ….” [Ushûlul Kâfy 1/439, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H] Juga, salah satu bab Ushûlul Kâfy 1/464 berjudul “Sesunggunya Tiada Suatu Kebenaran di Tangan Manusia, Kecuali dari Apa-Apa yang Keluar dari Sisi Para Imam (‘A), Sedang Segala Sesuatu yang Tidak Keluar dari Sisi Mereka adalah Batil.” Bila keyakinan kaum Syi’ah terhadap hadits-hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang berada di tangan kaum muslimin sudah sedemikian rupa, berarti kaum Syi’ah telah menolak agama Islam ini dan mendustakan sumber kedua yang menjadi rujukan kaum muslimin. Allah telah berfirman, وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا “Segala sesuatu yang Rasul datangkan kepada kalian, terimalah, sedang segala sesuatu yang dia larang terhadap kalian, tinggalkanlah.” [Al-Hasyr: 7] 8. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Para Shahabat Dalam buku-buku mereka, terdapat riwayat dari Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir bahwa beliau berkata, “Manusia adalah murtad setelah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa âlihi, kecuali tiga orang. Saya (perawi) bertanya, ‘Siapakan ketiga orang itu?’ Beliau menjawab, ‘Al-Miqdâd, Abu Dzarr, dan Salman Al-Fârisy.’ ….” [Raudhatul Kâfy 8/198, tahqiq Muhammad Ja’far Syamsuddin, terbitan Dârut Ta’âruf, Beirut, Lebanon, 1990 M/1411 H] Mereka meriwayatkan pula dari Amirul Mukmin Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhubahwa beliau berkata kepada Qunbur, “Wahai Qunbur, bergembiralah dan berilah kabar gembira, serta selalulah merasa gembira. Sungguh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi meninggal, sedang beliau murka terhadap umatnya, kecuali Syi’ah.” [Al-Amâly karya Ash-Shadûq hal 726] Al-Majlisy berkata, “Sesungguhnya, tergolong sebagai keharusan aksioma agama Imamiyah: penghalalan mut’ah, haji Tamattu’, serta berlepas diri dari Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Mu’âwiyah.” [Al-I’tiqâdât karya Al-Majlisy hal. 90-91] Ucapan-ucapan keji kaum Syi’ah terhadap para shahabat dan istri-istri Nabishallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini sangatlah banyak. Seluruh hal tersebut adalah pengingkaran terhadap Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang memuji dan menyanjung para shahabat radhiyallâhu ‘anhum. Allah ‘Azza wa Jalla telah menyifatkan orang yang jengkel terhadap para shahabat sebagai orang kafir dalam firman-Nya setelah menyebutkan sifat para shahabat dalam Taurat dan Injil, لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ “… Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” [Al-Fath: 29] 9. Kesyirikan di Kalangan Kaum Syi’ah Muhammad bin Ali Ash-Shadûq membawakan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq bahwa Ja’far berkata, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memiliki makhluk dari rahmat-Nya. Allah menciptakan mereka dari cahaya-Nya dan (menciptakan) rahmat-Nya dari rahmat-Nya untuk rahmat-Nya. Mereka adalah mata Allah yang melihat, telinga-Nya yang mendengar, dan lisan-Nya yang berbicara di tengah makhluk-Nya dengan seizin-Nya, serta para kepercayaan-Nya terhadap apa-apa yang (Allah) turunkan berupa udzur, nadzar, dan hujjah. Dengan mereka, (Allah) menghapus dosa-dosa, menolak kesedihan, menurunkan rahmat, menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Dengan mereka, (Allah) menguji makhluk-Nya dan menetapkan putusan-Nya di tengah makhluk-Nya.” Perawi bertanya, “Semoga Allah menjadikanku sebagai penebusmu. Siapakah mereka itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mendapat wasiat.” [At-Tauhîd karya Ash-Shâduq hal. 167, cet. Dârul Ma’rifah, Beirut] Dalam Mustadrak Al-Wasâ`il, Ath-Thabarsy membuat bab berjudul “Kebolehan Thawaf di Kuburan”. Dalam Amâly Ath-Thûsy, Muhammad bin Hasan Ath-Thûsy menyebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa Ja’far berkata, “Sesunggunya AllahTa’âlâ telah menjadikan tanah kakekku, Husain ‘alaihis salam, sebagai penyembuh untuk segala penyakit dan pengaman dari segala kekhawatiran. Apabila salah seorang dari kalian mengambil (tanah) itu, hendaknya dia mencium dan meletakkan (tanah) itu pada kedua matanya lalu melewatkan (tanah) itu pada seluruh jasadnya. Hendaknya dia berkata, ‘Ya Allah, dengan hak tanah ini dan hak orang yang menyatu dan tertanam di dalam (tanah) ini, dengan hak ayahnya, ibunya, saudaranya, dan para imam dari keturunannya, dan dengan hak para malaikat yang mengitarinya, pasti Engkau menjadikan (tanah) ini sebagai obat untuk segala penyakit, penyembuh untuk segala penyakit, keselamatan dari segala bahaya, dan pelindung dari segala yang aku khawatirkan, serta aku berhati-hati terhadap (tanah) ini.’ Lalu, dia menggunakan tanah tersebut.” [Amâly Ath-Thabarsy, Mu`assasah Al-Wafâ`, Beirut, cet ke-2, 1401 H] Banyak sekali bentuk kesyirikan kaum Syi’ah yang tidak bisa kami detailkan dalam tulisan ringkas ini, seperti (1) menjadikan para imam mereka sebagai perantara antara makhluk dan Allah; (2) Beristighatsah kepada Allah dengan menyebut imam-imam mereka; (3) Kewajiban ziarah ke kubur Al-Husain dan kekafiran orang yang meninggalkan kewajiban ini; (4) Kebolehan melaksanakan thawaf, shalat dan bersungkur di kuburan; serta kesyirikan lain. Kesyirikan kaum Syi’ah meliputi segala hal: dalam Rubûbiyyah, Ulûhiyyah dan Al-Asmâ` wa Ash-Shifât. 10. Sikap Kaum Syi’ah terhadap Kaum Muslimin Syaikh Kaum Syi’ah, Nikmatullah Al-Jazâ`iry, berkata, “Kami tidaklah bersepakat dengan mereka (kaum muslimin) pada ilah (sembahan). Tidak pada nabi, tidak pula pada imam. Hal tersebut adalah karena mereka (kaum muslimin) berkata bahwa Rabb mereka adalah Rabb Yang Muhammad adalah nabi-Nya dan khalifah-Nya setelah Nabi-Nya adalah Abu Bakr. Kami tidak berkata dengan Rabb ini tidak pula dengan nabi tersebut. Namun, kami berkata bahwa Rabb yang khalifah Nabi-Nya adalah Abu Bakr bukanlah Rabb kami, dan nabi itu bukanlah nabi kami.” [Al-Anwârun Nu’mâniyyah 2/278, cet. Al-A’lamy Lil Mathbû’ât, Beirut, 1404 H] Muhaqqiq mereka, Yusuf Al-Bahrany, menyebutkan kekafiran kaum muslimin di kalangan orang-orang Syi’ah dalam ucapannya, “Tahqiq yang diambil dari kabar-kabar Ahlul Bait ‘alaihimus salam -sebagaimana penjelasan kami, yang tidak memerlukan tambahan, dalam kitab Asy-Syihâbuts Tsâqib- bahwa seluruh orang yang menyelisihi lagi mengetahui keimaman dan mengingkari keyakinan (keimaman) adalah para nawâshib[1], orang-orang kafir, dan orang-orang musyrik yang tidak memiliki jatah dan bagian dalam keislaman tidak pula dalam hukum-hukum (Islam) ….” [Al-Hadâ`iqun Nâdhirah 14/159] Mereka juga menghalalkan darah dan harta kaum muslimin serta menganggap bahwa kaum muslimin adalah kafir dan najis sebagaimana dalam banyak buku mereka dengan berbagai riwayat. Biarlah Yusuf Al-Bahrany mewakili mereka. Dia berkata, “Tiada silang pendapat di kalangan shahabat kami dan selainnya dari yang berpendapat dengan keyakinan ini tentang kekafiran, kenajisan, serta kehalalan darah dan harta nâshib. Juga bahwa hukum terhadap (nâshib) adalah sama dengan hukum terhadap kafir harby.” [Al-Hadâ`iqun Nâdhirah 10/42] Karena kekafiran kaum muslimin itulah, dalam buku-buku mereka, terurai tentang ketidakbolehan menikahi kaum muslimin, mengerjakan shalat di belakang kaum muslimin, menshalati jenazah kaum muslimin, dan menjatuhkan hukum bahwa kaum muslimin kekal dalam neraka. Demikian sebagian kesesatan dan kekafiran agama Syi’ah. Meski masih banyak hal yang belum bisa disebut pada tulisan ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi sebagian kaum muslimin, yang tertipu oleh kaum Syiah, agar mereka rujuk kepada Islam yang benar, dan semoga menjadi bekal seorang muslim untuk teguh di atas agama. Wallahu A’lam. [1] Nawâshib adalah bentuk jamak dari kata nâshib, yaitu gelar yang mereka gunakan untuk kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka. (sumber : dzulqarnain.net)

Seperti emisi kuda

Seperti emisi kuda
Alkitab adalah kitab suci tak terbantahkan! Itu benar. Tak terbantahkan dari apa? Tak terbantahkan dari memuat kisah-kisah mesum yang tak pantas dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah Dua perempuan bersaudara berlomba dalam prostitusi: Bagi kegemarannya thd kekasih-kekasihnya yg auratnya seperti aurat keledai dan emisinya seperti emisi kuda. (Yehezkiel 23: 1-35) Apa kandungan moral dari kisah tsb? Tidak ada! Karena Alkitab adalah kitab suci tak bermoral. Anda perhatikan sebuah kitab suci telah menulis “seperti aurat keledai” dan “seperti emisi kuda”. Emisi adalah zakar atau alat kemaluan (penis) bagi pejantan. Anda bangga mempunyai kitab suci yg menulis alat kemaluan dengan vulgar? Sepantasnya Anda merasa malu...

Teks Al-Qur’an adalah teks paling pasti

Teks Al-Qur’an adalah teks paling pasti
DR. Maurice Bucaille, sarjana dan seorang dokter berkebangsaan Prancis, peneliti 3 kitab suci agama terbesar di dunia (Katholik, Protestan dan Islam) menyatakan kesannya yang mendalam tentang teks Al-Qur’an. Berikut pernyataannya dalam buku yang ia tulis “Sains dalam Al-Qur’an dan Injil” (diterbitkan Balqist Tahun 2011): “Apa yang menampar pembaca ketika pertama kali dihadapkan pada teks ini adalah, berlimpahnya persoalan yang didiskusikan: penciptaan, astronomi, penjelasan materi-materi tertentu yang berkaitan dengan bumi, kerajaan bintang dan tumbuhan, serta reproduksi manusia. Sementara kesalahan-kesalahan besar didapatkan pada Kitab Injil, saya tidak menemukan satu pun kesalahan dalam Al-Qur’an. Saya diam dan bertanya pada diri sendiri: jika Al-Qur’an adalah karya manusia, bagaimana mungkin dia telah bisa menuliskan di fakta-fakta abad 7 M yang saat ini sesuai dengan pengetahuan ilmiah modern? Tidak ada keraguan tentangnya, jika saya boleh mengatakan, teks Al-Qur’an adalah teks paling pasti. Penjelasan apa yang dapat diberikan manusia untuk penelitian ini? Menurut saya tak ada penjelasan; tidak ada alasan khusus mengapa penduduk Semenanjung Arab pada waktu Raja Dagobert berkuasa di Prancis (629-639 M), telah mempunyai pengetahuan ilmiah untuk persoalan-persoalan tertentu pada sepuluh abad yang lalu.” (hlm.160-161) Anda perlu membaca buku dokter Prancis itu, supaya pengetahuan Anda tentang Islam dan khususnya Kitab Suci Al-Qur’an tidak picik dan menganggap remeh.

Fatimah Az-Zahra

Fatimah Az-Zahra
Ketika Rasulullah sudah dekat ajalnya, beliau memanggil Fathimah, putrinya, agar mendekat. Dibisikkan sesuatu di telinga Fathimah, kemudian dia menangis. Setelah itu beliau membisikkan sesuatu kembali hingga kemudian putrinya tersenyum. Ditanyakan kepadanya, “Hai, Fathimah, apa yang membuatmu menangis kemudian tersenyum?” Jawab Fathimah, “Rasulullah membisiki aku bahwa beliau akan meninggal dunia, lalu aku pun menangis. Kemudian beliau membisiki aku lagi, mengatakan bahwa akulah anggota keluarga beliau yang pertama kali akan menyusul beliau. Maka aku pun tersenyum.” Alangkah bahagianya Fathimah sebagai ahlul-bait, orang yang pertama kali dari anggota keluarga Nabi yang menyusul kepergian Rasulullah untuk selama-lamanya. Kisah diriwayatkan sebagai hadits sahih (muttafak-alaih).