Islam itu agama damai. Maka penyebarannya pun dilakukan dengan damai, tidak
dengan pedang, tanpa bedil dan meriam. Di tanah Jawa agama Islam penyebarannya
dilakukan oleh para wali (terkenal dengan Walisongo) yang waktu itu penduduk
masih memeluk Hindu. Pemeluk Kristen suka sinis Islam disebarkan dengan pedang.
Maka tanyakan kepada pelaku sejarah, apakah para sunan itu berdakwah dengan
menghunus pedang atau memanggul bedil. Sunan Kudus tidak dengan cepat menghapus
bangunan bercorak Hindu, masjid Al-Aqsa atau lebih terkenal dengan nama masjid
Menara Kudus, dibiarkan mimbar dan
gapura terutama bangunan menaranya bercirikan bangunan Hindu (candi). Lain
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Sahid masih keturunan
bangsawan berdakwah memperkenalkan Islam dengan media seni. Kitab Mahabharat
dari India diusungnya ke Tanah Jawa dan dijadikannya lakon wayang, sambil
mempertontonkan wayang Sunan mengantarkan ajaran Islam. Penduduk yang masih
Hindu lambat laun bisa menerima Islam dengan damai. Bangsa Indonesia (terutama
suku Jawa, Sunda dan Bali) dan sebagian rakyat Malaysia dan Thailand
mendapatkan inspirasi dan bangga punya kesenian wayang adalah jasa Sunan
Kalijaga dan jasa Sunan yang lain yang telah menciptakan tembang-tembang Jawa
berupa “tembang macapat” dan “tembang tengahan” maupun “tembang gedhe” dalam
pewayangan. Tetapi meskipun begitu budaya Hindu dalam Islam di Tanah Jawa tidak
bisa dengan mudah dihapus. Ini yang menimbulkan bid’ah. Artinya ajaran yang
bukan berasal dari Rasulullah mempunyai kecenderungan menjadikan seseorang
kufur. Mengadakan selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, mendhak pisan,
mendhak pindho, nyewu, setelah meninggalnya seorang muslim adalah mengadopsi
dari ajaran Hindu. Keranda yang dihiasi bunga-bungaan dan mayat dipayungi
ketika diantar ke kubur adalah tradisi Hindu. Maka muslim yang baik adalah yang
mau belajar (ngaji) dan mulai berbenah untuk kembali kepada syari’at yang benar
yang dicontohkan Rasulullah. Tidak boleh berhenti bagi para pendakwah untuk
menunjuki umatnya supaya kembali kepada jalan yang benar, jalan yang diridhoi
Allah. Jalan yang diridhoi Allah itu tentu saja bila seorang muslim mengamalkan
ajaran agamanya dengan benar sesuai kaidah Islam dan bukan malah menjadi
murtad, misalnya beralih memeluk Kristen, sebuah agama yang benar-benar sesat
karena menyembah manusia (menyembah Nabi Isa putra Maryam). Sedangkan
orang-orang Kristen hari ini banyak yang menjadi mualaf (beralih memeluk Islam)
karena mengetahui kebenaran ajaran Islam, seperti yang dilakukan Maria Pabianus
dan Kelvin Andrean, mengikuti jejak Pendeta Mokoginta dan Romo Pendeta Benjamin
Kaldean.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar