Kemanakah kita setelah mati?
Pertanyaan ini mengguncang akal manusia sepanjang masa. Maka tak heran bila
Al-Qur’an mengabadikan pertanyaan ini, “Dan berkata manusia: "Betulkah
apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi
hidup kembali? Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami
telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (Surah
Maryam (19): 66-67) Banyak yang menganggap kematian sebagai kelenyapan, akhir
dari segalanya. (Al-Qarni, Drama Kematian, h 7) Akibat pandangan demikian, tak
sedikit orang menebarkan kerusakan di muka bumi. Mereka hidup sesukanya tak ada
yang bperlu dipertanggung jawabkan. Sebaliknya, tak jarang pula yang frustasi.
Karena mati begitu menakutkan. Kematian dipandang kekuatan mahadasyat yang siap
merenggut keberadaan seseorang kapan saja dan di mana saja. Setelah itu
berakhrlah riwayatnya. Ada tiga alasan mengapa mati begitu mengerikan. Pertama,
manusia tidak tahu apanyang akan terjadi setelah mati. Memasuki gelap dan
senyap di dunia ini saja begitu mencekam, bagaimana ia memasuki alam kubur yang
sempit? Kedua, bagi kita yang merasa dimanjakan oleh kenikmatan duniawi,
kematian adalah akhir dari sekian banyak kenikmatan yang telah kita rasakan
selama ini. Memasuki hari tua berarti memasuki fase penyesalan. Dan kematian
merupakan puncak kekalahan dan penderitaan. Ketika Imam Ali (Ali ibn Abi
Thalib) ditanya mengapa orang takut mati, ia menjawab, “Karena kalian
memakmurkan duniamu dan melupakan akhiratmu! Bagaimana mungkin kalian mau
pindah dari kemakmuran menuju kehancuran?” Ya, mati seakan pindah dari
istana ke penjara abadi. Ketiga, karena merasa banyak dosa (lebih banyak
kejahatannya daripada amal kebaikannya). Inilah ketakutan yangb dirasakan orang
saleh. Jika kita takut mati disebabkan keterikatan kita kepada duna, orang
saleh takut mati karena merasa belum cukup bekal. Inilah rasa takut yang
dianjurkan seperti Ali Zayn al-Abidin, berdoalah dengan khusyuk, “Ya Allah,
kepada-Mu aku berlindung dari habisnya usia sebelum bersiap menerima kematian.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar